✨ — Mengenal Perbedaan Buku Fiksi dan Nonfiksi — ✨
Sebagian dari kita mungkin tidak asing dengan istilah fiksi dan nonfiksi. Singkatnya, buku fiksi adalah hasil imajinasi, sementara buku nonfiksi berdasarkan fakta. Tapi, apa itu saja bedanya?
Pada dasarnya, buku fiksi merujuk kepada buku yang isinya fiktif, artinya tidak nyata, rekaan, imajinasi, atau khayalan. Katakan saja sebuah novel dengan tokoh bernama Albert Einstein, yang ketika mengenyam studi di Universitas Zurich tanpa sengaja menemukan mesin waktu. Albert Einstein mungkin orang yang betul-betul ada, Universitas Zurich juga benar merupakan universitas tempat Einstein mendapat gelar Ph.D., tapi novel tersebut tetaplah karya fiksi karena alur ceritanya bukanlah kejadian sesungguhnya.
Lalu bagaimana dengan buku fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata? Apakah disebut fiksi juga atau nonfiksi? Jawabannya fiksi, karena penulis pasti memasukkan sesuatu yang mengacu pada imajinasinya di dalam cerita tersebut, baik itu tokoh fiktif, adegan, maupun tempat.
Walaupun buku fiksi dapat ditulis dengan mengandalkan imajinasi, bukan berarti penulisnya tidak memerlukan riset. Justru karena ceritanya merupakan produk khayalan, adakalanya penulis harus memberi penjelasan agar pembaca merasa bahwa ceritanya masuk akal dan tidakabsurd, kecuali penulis memberikan makna di baliknya. Karena itu, tidak jarang lho pengarang novel sampai perlu melakukan riset agar isi bukunya lebih berkualitas.
Secara tradisional, fiksi bisa termasuk novel, cerita pendek, fabel, legenda, mitos, dongeng, epik dan puisi naratif, sandiwara (termasuk opera, teater musikal, drama, permainan boneka, dan berbagai jenis tarian teatrikal). Namun, fiksi juga dapat mencakup buku komik, dan berbagai kartun animasi, stop motion, anime, manga, film, permainan video, program radio, program televisi (komedi dan drama), dan lain sebagainya.
Buku Nonfiksi
Berbeda dengan buku fiksi, buku nonfiksi berisi data dan fakta di dalamnya, sehingga tidak sembarang orang dapat menulis buku nonfiksi. Isinya harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu kebenaran. Artinya, penulis buku nonfiksi harus hati-hati dalam menyusun buku nonfiksi.
Buku nonfiksi memiliki banyak ragam, seperti biografi dan ensiklopedia. Buku pelajaran yang teman-teman pakai juga termasuk buku nonfiksi lho. Selain itu, buku-buku hasil penelitian, sejarah, sains, kesehatan, dan tips juga masuk ke dalam kategori buku nonfiksi.
Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Buku Fiksi dan Nonfiksi
Untuk menilai isi buku fiksi maupun nonfiksi diperlukan adanya nilai-nilai dari suatu buku yang dapat mengacu pada kelebihan maupun kekurangan.
Berikut macam-macam nilai yang terdapat pada cerita fiksi maupun nonfiksi:
1. Nilai Sosial, yaitu nilai yang berkaitan dengan hubungan antar masyarakat yang memperhatikan kepentingan umum, misalnya: menolong, bergotong royong, menderma dan lain-lain.
2. Nilai Budaya, yaitu nilai yang yang berkaitan dengan kepercayaan, adat istiadat, kesenian, dan akal budi yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk diubah.
3. Nilai Ekonomi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan asas-asas produksi, distribusi, konsumsi, dan kekayaan, misalnya: keuangan, waktu, tenaga, industri, dan perdagangan.
4. Nilai Filsafat, yaitu nilai yang berkaitan dengan hakikat, sebab, asal, dan hukum sesuatu.
Masih banyak lagi nilai-nilai yang belum tersebutkan diatas seperti nilai kebersihan, nilai etika dan sebagainya. Namun empat nilai diatas sudah cukup mewakili nilai-nilai yang terkandung dalam buku fiksi maupun nonfiksi. Pada dasarnya, buku fiksi maupun nonfiksi memiliki dasar nilai-nilai yang sama, yang membedakan danyalah pada jenis buku yang kita baca.
https://www.google.com/amp/s/www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/mengenal-perbedaan-buku-fiksi-dan-nonfiksi-1900/amp/
Komentar
Posting Komentar